Sejarah Jamu Sebuah Obat Tradisional Asli Indonesia

- 24 Juni 2024, 11:00 WIB
Sejarah Jamu Sebuah Obat Tradisional Asli Indonesia
Sejarah Jamu Sebuah Obat Tradisional Asli Indonesia /ist

KabarDKI.com - Sejarah jamu sebuah obat tradisional asli Indonesia yang berasal dari rempah-rempah. Nusantara memiliki berbagai kekayaan alam, salah satunya rempah yang tidak hanya dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, tapi juga sebagai bahan baku jamu.

Saat ini banyak terdapat berbagai jenis jamu, dari kapsul, tablet, sachet, hingga jamu gendong. Jamu gendong mungkin paling sering kita jumpai, ia menyediakan minuman seperti beras kencur, kunyit dan air jahe.

Untuk diketahui, sejarah jamu di Indonesia begitu panjang. Sebab ia ada di tengah masyarakat jauh sebelum obat-obatan modern ada seperti saat ini. Dokumentasi tertua terkait jamu terdapat pada relief Candi Borobudur, di mana terdapat lukisan ramuan obat tradisional.

Baca Juga: Khasiat Minuman Jamu Beras Kencur untuk Tubuh

Sejarah Jamu
Sejarah Jamu javanologi

Sejarah Jamu Obat Tradisional Asli Indonesia

Menukil dari jurnal berjudul "Jamu, Obat Tradisional Asli Indonesia Pasang Surut Pemanfaatannya di Indonesia" oleh Ernie H. Purwaningsih. Istilah jamu dimulai sejak abad 15-16 M yang tersurat dalam primbon di Kartasuro.

Uraian jamu atau saat itu ditulis djamoe, secara lengkap terdapat di serat centini yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Adipati Anom Mangkunegoro III tahun 1810-1823. Kemudian pada 1850, R. Atmasupana II menulis sekitar 1.734 jenis ramuan jamu.

Djamoe sendiri merupakan bahasa Jawa kuno. Gabungan dari kata djampi yang berarti doa atau obat dan oesodo (husada) yang berarti kesehatan. Dengan kata lain djamoe atau jamu berarti doa atau obat untuk meningkatkan kesehatan.

Jamu di Zaman Belanda

Jamu semakin populer usai para dokter berkebangsaan Belanda, Inggris ataupun Jerman tertarik mempelajarinya. Pada 1829, dr. Carl Waitz menulis buku Practical Observations on a Number of Javanese Medications.

Dalam buku tersebut menjelaskan, di Eropa obat dapat digantikan oleh herbal atau tanaman Indonesia, misalnya rebusan sirih untuk batuk atau rebusan kulit kayu manis untuk demam persisten.

Pada 1850, seorang ahli kesehatan bernama Geerlof Wassink membuat kebun tanaman obat. Kemudian menginstruksikan para dokter agar menggunakan obat herbal untuk pengobatan. Saat itu lokasi kebunnya berada di The Weltevreden Military Hospital atau sekarang dikenal Rumah Sakit Gatot Subroto.

Baca Juga: Setelah Gamelan, Kini Budaya Sehat Jamu Masuk Daftar UNESCO

Jamu kian populer ketika banyak perkawinan silang antara orang Eropa dan Indonesia. Adanya percampuran budaya, membuat kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi jamu, hal ini menular terhadap bangsa Eropa.

Perkembangan industri jamu di Indonesia lantas baru dimulai Sekitar 1900-an. Ketika itu pabrik jamu besar mulai berdiri seperti Jamu Jago, Mustika Ratu, Nyonya Meneer, Leo, Sido Muncul, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu Air Mancur, dan lainnya.

Tidak hanya di Indonesia, jamu juga semakin populer di mancanegara ketika pandemi Covid-19. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikelola Kementerian Perdagangan, total nilai ekspor jamu asal Indonesia pada 2021 mencapai 41,5 juta dolar AS. Angka tersebut meningkat 10,96 persen dibandingkan pada 2019.

Meski tidak sedikit masyarakat yang merasakan khasiat jamu, tapi konsumsi jamu juga masih jadi perdebatan di kalangan ahli. Banyak yang berpendapat bahwa produk kesehatan ini memiliki zat senyawa yang berbahaya bagi tubuh. Meski ada perdebatan, tidak membuat masyarakat berhenti mengonsumsi obat tradisional asli Indonesia ini.***

Editor: Tatang Adhiwidharta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah