Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta, Tradisi untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

- 28 September 2023, 08:05 WIB
Gunungan Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta
Gunungan Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta /Wikimedia Commons/Pandjisaputra94

KabarDKI.com - Keraton Yogyakarta rutin menggelar tradisi Grebeg. Grebeg diambil dari bahasa Jawa 'Brebeg' atau 'Gumebereg' yang berarti suara ribut dari sorakan para penonton.

Melansir laman Dinas Kebudayaan Provinsi D.I. Yogyakarta, Keraton Kasultanan Yogyakarta pertama kali menggelar tradisi Grebeg saat kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono I.

Pada upacara pertama tersebut, Sultan Hamengkubuwono mengeluarkan hajad dalem berupa Gunungan lanag, Gunungan wadon, gunungan gepak, gunungan pawuhan, gunungan dharat, dan gunungan kutug/bromo.

Baca Juga: 15 Link Bingkai Keren Twibbon Maulid Nabi Muhammad SAW 2023, Ikuti Langkah-Langkah Membuatnya!

Tradisi Grebeg begitu meriah dengan keberadaan Gunungan yang terdiri dari sayuran, kacang-kacangan, cabai merah, telur, serta beberapa makanan berbahan dasar beras. Hal tersebut merupakan simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Dalam satu tahun, Grebeg diselenggarakan sebanyak tiga kali. Salah satunya adalah Grebeg Maulud, yang diadakan pada 12 Rabiul Awal. Grebeg Maulud digelar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Grebeg Maulud dimulai pada pukul 07.30 WIB. Nantinya, akan ada parade para pengawal istana atau bregada yang terdiri dari Bregada Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis yang mengenakan seragam kebesaran masing-masing.

Parade dilakukan dari halaman utara Kemandungan dari Kraton menyeberangi Sitihinggil dan menuju ke Pagelaran di alun-alun utara. Sebanyak tujuh buah Gunungan kemudian dibawa dari Kraton Yogyakarta.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Ngabuburit dan Tradisi Unik di Bulan Ramadan

Halaman:

Editor: Endah

Sumber: Dinas Kebudayaan DIY


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah