Network
KabarDKI.com - Menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan tingkatkan populasi satwa menurut sebuah studi. Areal peternakan dan pertanian yang memanfaatkan 10 persen lahan bisa produktif jika menggunakan praktik pertanian ramah lingkungan.
Studi yang dilakukan selama 10 tahun yang dipimpin oleh RSPB ini memantau bagaimana populasi burung merespons berbagai tingkat skema agribisnis di lanskap subur, pastoral, dan campuran.
Studi mengukur perubahan kelimpahan burung di lahan yang dikelola di bawah skema lingkungan pertanian tingkat rendah dan tinggi yang berfokus pada burung, serta lahan tanpa inisiatif pertanian ramah burung.
Baca Juga: Agripreneur Dorong Berkembangnya Hilirisasi Pertanian Sekaligus Ciptakan Wirausaha Unggul
Di bawah skema tingkat yang lebih tinggi, rata-rata 11% peternakan dikhususkan untuk praktik ramah burung, sedangkan di bawah 4% dikelola di bawah skema tingkat yang lebih rendah.
Para peneliti secara khusus mempelajari langkah-langkah ramah burung yang menyediakan habitat kaya benih untuk mencari makan musim dingin, habitat kaya serangga untuk memberi makan anak ayam, dan habitat bersarang untuk spesies bersarang di darat.
Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Applied Ecology. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika sekitar 10% peternakan dikhususkan untuk praktik peternakan ramah burung di bawah skema tingkat yang lebih tinggi, hal ini menguntungkan lebih dari separuh spesies burung lahan pertanian di dua dari tiga wilayah studi.
Meskipun penyediaan tingkat rendah umumnya gagal meningkatkan jumlah burung, hal itu membantu mempertahankan populasi beberapa spesies, yang terus menurun karena tidak adanya dukungan lingkungan agribisnis di tempat lain.
Pada bagian kedua dari penelitian ini menanyakan berapa proporsi lanskap pertanian yang perlu ditempatkan dalam perjanjian tingkat yang lebih tinggi untuk memulihkan unggas lahan pertanian sebesar 10% selama sepuluh tahun. Jawabannya serupa di kedua wilayah – 26% di penggembalaan West Midlands dan 31% di East Anglia yang subur.
