Kultur Sepakbola Indonesia dengan Brasil di Mata Jacksen F Tiago

- 22 November 2023, 17:32 WIB
Kultur Sepakbola Indonesia dengan Brasil di Mata Jacksen F Tiago
Kultur Sepakbola Indonesia dengan Brasil di Mata Jacksen F Tiago /Dok. Kominfo

KabarDKI.com - Mantan pelatih Timnas Indonesia, Jacksen F. Tiago, berbagi perspektif soal dunia sepakbola di negara asalnya, Brasil, yang bisa menjadi pelajaran bagi para pesepakbola di Indonesia. Terutama bagi para penggawa Timnas Indonesia U-17 yang baru saja tampil di Piala Dunia U-17 2023.

Karier Jacksen F.Tiago di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1994, tepatnya ketika bergabung dengan Petrokimia Putra. Kala itu, ia menghabiskan perjalanan hidupnya, baik sebagai pemain maupun pelatih di Indonesia.

Sudah melang melintang di Tanah Air, Jacksen berbagi perspektif, terutama berkaitan dengan perbedaan kultur sepakbola antara negeri Samba dengan Indonesia. Aspek pertama yang disinggung oleh lelaki berusia 55 tahun itu ialah profesionalisme.

Baca Juga: Piala Dunia U-17, Pemprov DKI Jakarta Suguhkan Information Center Bagi Awak Media

Apabila sudah terjun di dunia sepakbola, kata Jacksen, para pemain akan mengerahkan seluruh tenaga dan fokus. Sebab, mereka menganggap bahwa sepakbola merupakan salah satu pintu untuk memperbaiki derajat hidup keluarganya.

Sementara itu, para pemain Indonesia masih belum bisa sepenuhnya mencurahkan waktu untuk sepakbola. Setidaknya, itu terbukti dari para pemain yang terikat status dengan instansi lain, baik itu di dunia pemerintahan, militer, hingga pekerjaan sampingan.

"Yang membedakan Brasil dengan Indonesia terutama berkaitan dengan aspek profesionalitas. Kebanyakan pemain Indonesia berpikir bahwa sepak bola itu masih sekedar hiburan, bukan profesi utama," kata Jacksen saat menjadi narasumber di konferensi pers Pusat Informasi Piala Dunia U-17 2023 di Solo, Rabu (22/11/2023).

"Berbeda dengan para pemain di Brasil. Kalau kami bekerja di dunia sepak bola, fokus kami 100 persen untuk sepak bola. Jadi, kami menanggapi setiap aktivitas sepak bola itu sebagai kesempatan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan kita dan keluarga. Di situ ada perbedaan dari aspek profesionalisme," kata dia melanjutkan.

Menurut dia ini terlihat saat pemain menjalani latihan. Ada sejumlah pemain yang tidak serius berlatih. Mereka hanya ingin bertemu kawan dan kemudian mengobrol lalu berlatih sekadarnya. Namun ada pula yang serius berlatih.

Selain itu, mantan juru taktik timnas Indonesia pada medio 2013 itu juga menyebut soal keseriusan setiap klub di Brasil untuk fokus membina pemain muda. Berbagai infrastruktur yang dibutuhkan bagi pemain tersedia dengan baik.

"Di Brasil, setiap klub memiliki psikolog, terutama untuk pembinaan usia dini. Sebab, seorang pemain muda itu dianggap sebagai aset yang sangat berharga bagi klub. Semua infrastruktur yang dibutuhkan pemain untuk berkembang itu tersedia," katanya.

Saking fokus ada sepak bola, para pemain sudah datang ke tempat latihan jauh sebelum latihan dimulai. Pasalnya, mereka harus menjalani tes kesehatan, menjaga kebugaran dengan masuk tempat fitnes (gym) dan bahkan makan bersama.

"Kami biasanya berlatih jam tiga sore. Namun, pemain sudah datang ke klub pukul 10 pagi. Setelah datang, mereka masuk laboratorium terlebih dahulu untuk tes kesehatan, lalu makan siang. Selanjutnya, mereka beristirahat da melanjutkan aktivitas di pusat kebugaran sebelum latihan di lapangan," ujar Jacksen yang sebelumnya menangani Persis Solo.

Selain itu, pelatih yang sukses membawa Persipura Jayapura meraih tiga gelar juara Indonesia Super League (ISL) itu berharap, klub-klub di Indonesia bisa mulai fokus membina pemain usia dini sebagai proyek jangka panjang.

"Ada perbedaan yang sangat besar dengan Indonesia, yakni soal profesionalisme. Di sana, pemain muda dianggap sebagai sebuah aset, bukan hanya sekedar seorang atlet. Namun, itu semua membutuhkan dana. Saya lihat, Indonesia masih belum punya visi ke arah sana," ujarnya.

"Jarang sekali ada klub yang benar-benar mengambil pemain di usia 15 tahun dan dijadikan proyek hingga pemain itu berusia 19 tahun dan disiapkan tampil di tim senior. Itu masih jarang ada, hanya ada beberapa klub yang punya ide itu," tambahnya.

Jacksen menuturkan bila pemain yang memperkuat timnas U-17 sebaiknya dikembalikan ke klub. Kemampuan mereka setidaknya tetap terasah karena bermain dan berlatih di klub.

Pelatih yang memulai dan menutup karier sebagai pemain di Petrokimia Gresik ini mendukung apa yang disampaikan eks pelatih yunior timnas Fakhri Husaini. Menurut dia pemain muda sebaiknya bisa bermain di klub-klub di luar negeri.

Baca Juga: Dikalahkan Maroko 1-3, Timnas Indonesia U-17 Masih Berpeluang Lolos 16 Besar Piala Dunia U-17

Hanya mereka sebaiknya selektif dengan memilih bermain di sejumlah negara seperti Brasil, Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, Belgia, Prancis dan Portugal. Tak masalah mereka bermain di divisi bawah karena liga di negara-negara tersebut sudah tertata rapi.

Halaman:

Editor: Tatang Adhiwidharta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah