Network
KabarDKI.com - Fenomena badai Matahari berpotensi terjadi pada akhir 2023, berdasarkan penelitian para ilmuwan. Kejadian ini bahkan bisa lebih dahsyat dari apa yang diperkirakan pada 2025.
Menukil dari Live Science, fenomena badai Matahari berpotensi terjadi pada akhir tahun 2023. Meski mulanya para ilmuwan memperkirakan, siklus ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2025, dimana matahari merupakan bola gas yang 'hidup dan bernapas', yang terus aktif.
Menurut NASA Jet Propulsion Laboratory, siklus matahari atau solar cycle merupakan lonjakan pelepasan energi matahari melalui titik-titik tertentu akibat terjadinya gangguan magnetik seiring tidak seragamnya kecepatan rotasi bagian-bagian permukaannya dan antara permukaan dengan interior.
Baca Juga: Nokia Luncurkan Jaringan Seluler Pertama di Bulan, Ini Alasannya
Ketidakseragaman kecepatan rotasi ini lah yang menyebabkan garis-garis gaya magnetik matahari bisa saling berbelit kemudian membentuk busur yang menjulur keluar dari fotosfera.
Busur itu akhirnya memerangkap plasma matahari, yang pada satu saat busur ini akan putus dan menghasilkan dua fenomena. Keduanya bisa menjadi penyebab terjadinya badai Matahari.
Adapun aktivitas di permukaan matahari, di antaranya seperti jilatan api (solar flares) atau ledakan massa korona (CME), yang dapat meningkatkan energi yang dibawa oleh angin matahari dan kecepatannya. Selain itu, aktivitas matahari juga dapat memengaruhi intensitas medan magnet antar planet (IMF).
Fenomena Badai Matahari
Meski magnetosfer atau salah satu lapisan atmosfer Bumi dapat membelokkan sebagian besar aktivitas matahari yang dibawa oleh angin, tapi beberapa partikel yang dilontarkan oleh ledakan massa korona tetap dapat memasuki Planet Biru.
Baca Juga: Hari Ini Terjadi Gerhana Matahari Hibrida, Cek Lokasi dan Waktu Melihatnya
