Filosofi dan Sejarah Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta

- 4 April 2023, 16:23 WIB
Sejarah dan Filosofi Masjid Agung Sunda Kelapa
Sejarah dan Filosofi Masjid Agung Sunda Kelapa /masjid-sundakelapa.id


KabarDKI.com - Masjid Agung Sunda Kelapa tentu tak asing bagi orang yang tinggal di Jakarta atau dari luar daerah. Tempat ibadah ini berada di Jalan Taman Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.

Selain memiliki kemegahan, Masjid Agung Sunda Kelapa dibangun sejak 1967, tepatnya di era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.

Sejarah Masjid Agung Sunda Kelapa memiliki konsep bangunan sangat unik. Sekretaris Staf Khusus Masjid Agung Sunda Kelapa, Muhammad Reno Fathur Rahman menceritakan, ide pembangunan tempat ibadah ini dimulai pada 1950. Ketika itu warga Muslim di Menteng ingin membangun masjid secara swadaya.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Ngabuburit dan Tradisi Unik di Bulan Ramadan 

"Barulah memasuki era 1967, warga mengajukan pembangunan masjid kepada Gubernur Ali Sadikin. Pengajuannya pun disambut baik," ujar Muhammad Reno dinukil dari Beritajakarta.

Ketika era itu, Masjid Agung Sunda Kelapa dibangun di atas lahan seluas 9.920 meter persegi milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Jadi pada 1968 dilakukan peletakan batu pertama.

"Pada 1968 mulai dilakukan peletakan batu pertama dengan anggaran swadaya warga,"papar Muhammad Reno.

Adapun dalam proses pembangunan masjid agung Sunda Kelapa ini sempat terkendala anggaran. Sebab dana swadaya yang terkumpul hanya sebesar Rp7,2 juta. Pembangunan masjid akhirnya bisa dilanjutkan usai diambil alih Pemprov DKI Jakarta.

"Masjid kemudian rampung dan diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada 31 Maret 1971 dan dibuka untuk umum sehari setelahnya,"jelasnya.

Reno juga menjelaskan, dalam pembangunan Masjid Agung Sunda Kelapa ini melibatkan arsitek ternama yaitu Ir. Gustaf Abbas mendesain interior dan eksterior. Ia juga merupakan sosok yang desain Masjid Salman di Jalan Ganesha, Bandung, Jawa Barat.

Desain Gustaf Abbas ketika itu mematahkan ciri khas desain masjid-masjid pada umumnya di Indonesia yang identik dengan bangunan kubah dan tiang penyangga ala Timur Tengah. Lantas Masjid Agung Sunda Kelapa dibangun lebih modern pada masanya dengan simbol yang begitu fleksibel dan tidak kaku.

"Menariknya Gustaf membuat atap masjid dengan desain melengkung seperti kapal. Ini menjadikan masjid memiliki makna lain untuk mengingatkan kita bahwa letak masjid juga dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa," jelas Reno.

Suasana depan Masjid Agung Sunda Kelapa
Suasana depan Masjid Agung Sunda Kelapa ist

 


Filosofi Masjid Agung Sunda Kelapa

Secara filosofi, Masjid Agung Sunda Kelapa menggambarkan sebuah pelabuhan bagi manusia-manusia yang tengah melakukan perjalanan menuju tujuan akhir menghadap Allah SWT. Biasanya dalam perjalanan mereka akan kehabisan logistik dan berlabuh.

"Artinya masjid adalah pelabuhan bagi manusia-manusia yang ingin mengisi kembali iman mereka," terang Reno.

Dikisahkan juga, saat mulai beroperasi, Masjid Agung Sunda Kelapa diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan seperti salat dan pengajian. Lambat laun, kegiatan masjid ini semakin berkembang hingga pada 1973 dihadirkan Islamic Center yang bertujuan menggaungkan beragam kajian Islam.

Baca Juga: Wajib Tahu! 5 Lokasi Asyik untuk Ngabuburit di Jakarta

Di waktu bersamaan, Masjid Agung Sunda Kelapa juga mendirikan Muallaf Center yang hingga saat ini tercatat telah memuallafkan dan membina 19.740 orang warga negara Indonesia maupun warga negara asing dari Amerika, Inggris, Belanda, China, Austria, Jepang, Korea Selatan, Italia, Swedia dan Jerman.

"Di 1973 juga berdirilah gerakan pemuda Remaja Islam Sunda Kelapa (Riska). Gerakan ini bermula dari komunitas pemuda-pemudi Jalan Sabang yang hobi berolahraga sepatu roda. Mereka lalu merapat ke masjid ini dan membentuk Riska," papar Reno.

Pada kesempatan Ramadan ini, para pengurus masjid Agung Sunda Kelapa telah menyiapkan beragam kegiatan bagi warga sekitar dan jemaah.

Di antaranya kegiatan pesantren kilat khusus anak-anak, Salat Tarawih, Bazar Ramadan, peringatan Nuzulul Quran, itikaf, pembagian takjil, kultum, pengumpulan Zakat Infak dan Sedekah (ZIS) hingga pendidikan agama bagi mualaf, pengajian bagi disabilitas, takbiran dan Salat Idulfitri.***

Editor: Tatang Adhiwidharta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x